Tuesday, December 29, 2015

KETIKA BUDAYA BERBICARA


.
 
Agenda menarik. Menyisipkan pelajaran mendongeng atau pelajaran bagaimana menjadi dalang wayang dimata kuliah jurusan Ilmu Komunikasi. Meski Terlihat  memaksa dan di luar jalur akademis. Apa salahnya, kan sama-sama menggunakan “bicara” sebagai modal utamanya, mungkin dengan cara seperti ini orang yang belajar berkomunikasi tidak hanya bisa berbicara di depan umum sebagai public speaking yang bermodalkan jago Bahsa Ingggris, Jepang, Korea dan ditambah lagi dengan gaya bicara ala-ala modern lainya, sehingga melupakan hakekat dari bertutur yang baik  sesuai dengan budaya Indonesia sesungguhnya.
Mudah kalau ingin belajar mendongeng, ataupun wayang atau juga seni-seni lainnya. Sanggar seni sangat banyak di Indonesia. Setiap daerah pasti mempunyai sanggar seninya masing-masing. Apalagi sekarang, sanggar seni mungkin sudah sepi karena peminatnya berkurang. Para pemuda mungkin tidak ada waktu untuk dekat dengan seni atau budaya Indonesia sendiri. Mereka sibuk menikmati budaya orang lain, meniru budaya orang lain dan membanggakan budaya orang lain. Apa mereka lupa bahwa kita sebenarnya kaya akan budaya, indonesia beragam, mengapa hal itu tidak disenangi, tidak menjadi bahan obrolan, dan tidak belajar budaya sendiri. Bukan kerena kita tidak tahu tapi karena kita tidak mau tahu. Bahkan hal yang paling sederhana  yaitu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan, kita sering tidak mencerminkan budaaya indonesia itu sendiri yang sebenarnya gandrung akan bahasa, padahal kita mempunyai banyak ragam bahasa, ada bahasa Jawa, batak, sunda, melayu, dan sebgainya, yang sedikit-demi sedikit bahasa tersebut hilang dalam gaya bicara kita sehari-hari.  Pasti bahasa-bahasa tersebut belum semua kita ketahui dan pelajari, kita lebih dulu mempelajari bahasa orang lain. Sayang sekali apabila komunikasi yang terbangun dengan lingkungan bertujuan untuk merangkul, tapi malah merenggangkan satu sama lain, karena komunikasi yang kita gunakan tidak bersahabat dan tidak menimbulkan rasa satu budaya.
Melalui acara sarasehan seni yang diselenggarakan Kotex pada tanggal 1 Desember 2015 lalu, dirasa salah satu langkah tepat untuk membangkitkan rasa cinta budaya seiring tingginya kemajuan teknologi dan komunikasi. Acara  yang bertemakan “Seni Bertutur” ini diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Malang dan terbuka untuk umum. Meski terbuka untuk umum, semua jurusan boleh mampir, namun yang dirasa sangat cocok dengan tema sarasehan ini adalah para mahasiswa dan mahsiswi jurusan Ilmu Komunikasi. Dan terbukti banyak sekali mahasiswa jurusan Ilmu komunikasi yang mengikuti acara, namun apakah atas dasar ingin menambah wawasan atau sekedar ingin mengetahui info tentang lomba yang diselenggarakan dalam acara ini. Apapun alasan untuk meghadirinya, yang pasti acara ini sangat luar biasa. Dengan temanya yang sangat menarik dan menghadirkan speaker yang tidak kalah menarik membuat manfaat yang sangat berkesan telah menghadiri acara ini. Ada Kandi Windoe, praktis Komunikasi dan Azis Franklin, pendongeng. Acara ini membuka mata kita bahwa, dalam berkomunikasi belum tentu kita bertutur, tapi ketika bertutur sudah pasti kita berkomunikasi. Berbicara itu ada caranya, ada seninya dan berbicara dengan baik harus tahu itu semua. Mengapa berbicara saja harus diatur, harus  berkualitas, dan harus mengandung makna dari cerminan budaya yang baik, karena komunikasi itu tidak hanya menyampaikan sesuatu lewat bicara, tapi juga memberikan arahan, edukasi,  dan setiap yang kita sampaikan lewat komunikasi harus bernilai sehingga dapat memberi dampak kepada orang lain, terlebih lagi dampak itu merupakan dampak positif. Mengapa acara ini sangat cocok bagi mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi, karena acara ini memberi pengertian bahwa sebelum jadi komunikan yang hebat harus dibekali cara bertutur yang baik terlebih dahulu. Banyak dari kita selama ini hanya bicara saja tanpa memperhatikan apa yang sedang kita bicarakan. Mahasiswa komunikasi seharusnya peduli dengan hal ini. Memperbaiki cara kita berkomunikasi berarti kita juga memperbaiki modal kita nantinya.
Acara ini seharusnya memberikan dampak besar bagi mahsiswa komunikasi. Karena bisa mengubah cara pandang kita tehadap cara berkomunikasi dengan bertutur. Dalam acara ini juga ada dua hal yang ditekankan, yaitu bertutur dan seni. Dua sisi yang berbeda namun ketika dikolaborasikan akan menciptakan suatu daya yang dahsyat. Dengan bertutur kita bisa memenuhi kebutuhan kita dalam berinteraksi. Dalam seni kita bisa mengekspresikan rasa dalam diri. Mengapa keduanya disatukan, karena ada banyak seni yang diekspresikan melalui tutur kata. Contonhya seperti, bersyair, berpuisi, mendongeng, bernyanyi dan banyak lagi, yang semua itu merupakan seni yang datangnya dari hati lalu diekspresikan melalui tutur kata. Acara sarasehan seni ini mengingatkan kita kembali bahwa banyak sekali budaya seni dengan bertutur milik indonesia yang sudah lahir sejak dulu, namun penggiatnya sekarang sudah berkurang. Seperti wayang beber, sebuah prtunjukan wayang yang dimainkan dengan cara di beberkan dan wayang tersebut terbuat dari beberan-beberan kertas yang dilukis menyerupai tokoh-tokoh wayang. Wayang beber ini merupakan budaya asli Indonesia yang salah satu cara mengekspresikannya melalui bertutur, dalam pertunjukannya banyak mengisahkan tentang teladan-teladan budaya yang sesuai dengan masalah sosial sekaranag. Untuk sekarang mungkin membosankan kalau melihat acara wayang, tapi tanpa kita tahu dalam acara wayang banyak sekali wawasan-wawasan tentang budaya yang bernilai manfaat untuk kita serap. Sekarang tugas kitalah yang membuat wayang itu bukan lagi acara membosankan, tapi menjadi acara mengasyikan yang sangat menarik untuk dinikmati. Sebagai mahasiswa komunikasi yang baik sudah seharusnya kita mengetahui para budyawan-budayawan terdahulu yang telah sukses membawa cara bertutur dalam seni. Kita punya khalil Gibran dengan syair-syair yang penuh  dengan semangat pembangkit jiwa, kita punya pendogneg Pak Raden yang sangat legendaris dan setia berkarya sampai akhir hidupnya. Indonesia juga punya pendalang hebat sekaligus budayawan sepanjang masa Agus Hadi Sudjiwo atau yang sering kita kenal dengan nama Sudjiwo Tedjo yang mampu membawa wayang hingga ke mancanegara. Atau kita juga bisa melihat seni bertutur dalam bentuk lain, yaitu dalam sebuah novel, ataupun film. Ada pramoedya Ananta Toer dengan novelnya yang penuh inspiratif, namun nuansanya masih dalam budaya yang kental. Kenapa kita tidak mengidolakan mereka dan tidak bisa seperti mereka.

Belajar ilmu komunikasi itu mengasyikan, kita bisa mengembangkan potensi diri kita lewat berbicara. Tidak hanya pengetahuan yang didapat tapi lebih dari itu. Karena sejatinya, berbicara adalah bagian dari hidup kita. Banyak juga profesi yang dilahirkan dari jurusan Ilmu Komunikasi. Kita bebas memilih profesi mana yang kiranya cocok dan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada yang memberatkan, kita hanya perlu menyadari pentingnya nilai budaya dalam segala hal yang kita lakukan. kita wajib bertutur kata dengan baik meski tidak dengan seni, tapi tutur kata mana yang lebih dipilih? Baik tanpa rasa indah atau baik dengan sejuta keindahan.